Membangun Keluarga Sakinah
Di Tengah Terpaan Badai Kehidupan
By : Abah Hasyim Muzadi
Salah satu tugas pokok kita sebagai orang tua adalah menyelamatkan diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Tugas ini ditegaskan di dalam Al-Qur'an Surat At-Tahriim ayat 6 (yang artinya):
••
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
Yang ingin saya sampaikan adalah tata cara untuk melaksanakan perintah Al-Qur'an tersebut, sementaraa di hadapan kita ada banyak kesulitan, baik kesulitan yang ada di dalam internal keluarga dan kesulitan yang datang karena pengaruh dari luar yang cenderung sudah merusak dan menghancurkan. Oleh karena itu, cara yang harus kita tempuh untuk menyelamatkan keluarga juga harus dobel, yakni dari dalam dan dari luar.
Untuk memulai penyelamatan keluarga, baik dari dalam maupun dari luar itu, menurut pendapat ulama yang mu'tabar, haruslah dimulai dari diri sendiri ( orang tua ).Seperti dikatakan:
أَصْلِحْ نَفْسَكَ، يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
Perbaikilah dirimu, niscaya orang lain akan memperbaiki dirinya (perilakunya) kepadamu
Atsar ini bisa diartikan: Kalau kita ingin memperbaiki keluarga kita, maka kita (sebagai orang tua) yang harus memperbaiki dirinya terlebih dulu bersama-sama(suami-istri), sebelum memberi nasehat kepada anak.
Yang harus diperbaiki terlebih dulu adalah, pertama, kualitas ketauhidan kepada Allah SWT, melalui: ibadah, dzikir, amal ma'ruf nahy mungkar (memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran), mengihtiyarkan agar seluruh makanan(rizki) dan tindakan betul-2 baik dan halal meuurut ukuran syariat Rasulullah SAW. Bersama dengan itu, seorang Ibu hendaknya mengasah nurani dan hatinya melalui shalat dhuha dan shalat lail, kemudian secara khusus mendoakan pertumbuhan dan perkembngan jasmani-rahani putra putrinya semoga selalu dalam bimbingan dan hidayah Allah. Ingat!, tidak ada anak shalih terlahir dari ibu yang tidak shalihah . Ibaratnya, daun akan hijau kalau akarnya beres.. Dari situlah, nanti akan tumbuh ruh junudun mujannadat, yaitu ruh ibu yang dulu pernah menjadi satu dengan anak, akan menjadi tersambung kembali. Imam Al-Ghozali RA menyarankan, setiap kali ada perpisahan antara anak dengan ayah-ibu, maka orang tua harus selalu membacakan Surat Al-Fatihah kepada anak, sebagai sebuah perlindungan bathin orang tua terhadap anak. Coba sekarang kita renungkan, sudahkah ini kita lakukan? Jika tidak, maka jangan heran kalau anak kita menjadi liar dan cenderung sukar untuk dikendalikan.Nau,udlu billah min dzalik
Tugas ayah itu dobel, selain berdo'a dan menjaga hubungan bathin, seorang ayah juga harus mencari kebutuhan hidup. Sedangkan ibu konsentrasinya lebih banyak diarahkan untuk mengurus dan mendidik anak.
Setelah itu, pelan-pelan, anak-anak didorong untuk melakukan hal yang sama seperti di atas. Adapun salah satu obat yang paling mujarab untuk menyatukan keluarga adalah mengadakan shalat berjama'ah di dalam keluarga. Shalat berjama'ah dalam keluarga sungguh luar biasa pengaruhnya.
Orang yang hatinya tenang, nyambot gawene juga nggak ngawur, sehingga rezeki yang masuk juga nggak ngawur. Jika rezeki suatu keluarga sudah sangat rusak, maka hal itu bisa merusak bathiniyah keluarga. Hal ini dijelaskan oleh dawuh Nabi Muhammad SAW:
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Kefakiran itu mendorong orang untuk menjadi kafir.
Kafir itu ada beberapa jenis, yaitu:
Kafir dalam arti tidak percaya kepada Allah SWT. Ini adalah kafir yang paling buruk;
Kafir ketika menerima pemberian Allah SWT. Kafir ini disebut dengan kafir nikmat;
Kafir dalam arti tidak mau menjalankan perintah Allah SWT.
Kalau kita sudah menjalankan semua hal di atas, maka posisi kita sebagai orang tua sudah benar. Semua ini bisa menjadi modal untuk mencari kebutuhan dzahiriyah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Jumu'ah : 10
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Kalau bisa, jangan sampai ada anak kita yang sudah dewasa, namun masih nggandol kepada kita. Mereka harus diajari mencari rezeki. Selama seseorang membutuhkan dunia, maka dia harus mencarinya. Kecuali kalau dia dipilih oleh Allah SWT, hatinya sudah tidak menginginkan dunia lagi; ganti Allah SWT yang akan mengantarkan harta duniawi kepadanya. Namun kalau kita tidak dipilih, ojok gaya, nanti justru akan melarat tenan. Apalagi posisi kerja pada Ayat di atas, letaknya persis setelah ibadah fardhu.
Sekarang saya akan bicara mengenai bahaya dalam keluarga. Bahaya dari dalam keluarga antara lain:
1. Gegeran.
Dosa gegeran ayah dan ibu ini dobel, yakni dosa pertikaian dan dosa merusak psikologi anak.
2. Rasa ingin saling menguasai di antara kedua orang tua.
Di dalam lingkungan keluarga, Al-Qur'an tidak menggunakan istilah "persamaan gender", melainkan menggunakan istilah "keserasian gender". Serasi itu bukan berarti sama. Serasi itu bermakna saling mengisi; kelebihannya diberikan kepada yang lain, dan kelebihan orang lain masuk ke dalam dirinya. Oleh karena itu, di dalam Surat Al-Baqarah :
Mereka (istri-istri) itu adalah pakaianmu, dan kamu semua adalah pakaian mereka.
Kemudian Ayat ini dipertegas lagi oleh Surat :
"Allah telah memberi kelebihan sebagian
Allah SWT memberi kelebihan pada kaum laki-laki maupun kaum wanita. Masing-masing laki-laki dan wanita mempunyai kelebihan masing-masing, hanya letaknya saja yang berebda. Keserasian itu tercipta, misalnya; ketegasan laki-laki dimasuki oleh ketelitian perempuan; Rasio laki-laki dibarengi nurani perempuan. dsb. Inilah yang dimaksud dengan Ayat di atas. Pakaian itu bukan hanya kain, akan tetapi juga sifat-sifat laki-laki dan perempuan yang saling mengisi sejak zaman azali dari Lauh Mahfudz.
Jangan sekali-kali mengibarkan bendera persamaan gender di dalam keluarga, karena nanti justru akan membuat keluarga retak dan kering. Orang-orang yang ngomong gender itu biasanya rumah tangga mereka tidak bahagia. Karena alasan ini dan itu, akhirnya membuat mereka sakit hati. Namun, kalau di luar lingkungan keluarga, misalnya dalam karier, kepinteran, pangkat, kapasitas, dan kualitas, silahkan mengusung bendera persamaan gender. Kesimpulannya, untuk di lingkungan sosial menggunakan istilah persamaan gender (musawah), sedangkan kalau di lingkungan keluarga menggunakan istilah keserasian gender (tawazun).
3. Kekurangan rezeki.
Keluarga bisa berantakan karena kekurangan rezeki. Orang yang sangat kekurangan ekonominya akan mengakibatkan kerusakan dalam keluarga. Oleh karena itu, harus ada do'a dan kerja sekaligus.
Adapun gangguan dari luar terhadap keluarga itu ada 2 macam :
1. Gangguan hati. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Naas : 4-6
• •• • • • ••
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin & manusia. Dari (golongan) jin & manusia.
2. Gangguan akhlaq. Misalnya; Pergaulan, seks bebas, narkoba, ora sembahyang, lek ndelok pertunjukan musik, tingakahe nggak karu-karuan, trek-trekan, dsb.
Anak-anak kita harus kita peringatkan secara dzahir dan bathin. Secara bathin dengan cara-cara yang saya sebutkan di atas, sedangkan secara dzahir melalui peringatan kepada anak.
Demikianlah peringatan dari Imam Al-Ghozali RA dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT dalam Surat At-Tahriim : 6 di atas. Tangan kita sudah berat untuk menjangkau masyarakat, oleh karena itu mari kita beresi keluarga masing-masing. Karir anak itu separo menjadi milik anak itu sendiri, sedangkan yang separo lagi mergo do'anya wong tuwo. Kalau wong tuwo nggak dungakno anak, sedangkan sang anak nggak sembahyang, maka anak itu akan menjadi kosong. Di dalam Al-Qur'an, anak itu terkategorikan menjadi beberapa macam, yaitu:
Anak sing dadi pepaes (ziinatun). Misalnya; Anak yang mempunyai pangkat. Mereka itu akan menjadi hiasan, namun perhiasan di dunia saja, sedangkan akhiratnya masih belum jelas.
Anak yang menjadi fitnah (fitnatun lakum).
Anak yang menjdi musuh orang tua ('aduwwun lakum). Mereka memusuhi orang tua bisa jadi karena aqidahnya yang tidak sama atau karena merasa kepentingannya dipenggal.
Anak yang paling bagus adalah anak yang qurratu a'yunin. Jika kita mempunyai anak golongan terakhir ini, maka kalau kita meninggal dunia nanti, kita aan disuwuri do'a oleh mereka.
Kalau kita ingin memperpanjang amal kita, maka perpanjanglah melalui anak kita. Amal kita akan habis pada waktu kita meninggal dunia, namun anak kita bisa melanjutkannya. Mereka bisa mengirim do'a dan sebagainya. Semoga kita diberi keluarga yang sakinah. Amiin.
0 Komentar