I. Pendahuluan
Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu ilmu, melainkan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan, khususnya kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik di sekolah, dibandingkan dengan dari penerapan teori-teori yang sudah mapan.
Perubahan atau penambahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku suatu kurikulum tidak bisa lama. Pada bab ini akan diuraikan apa, mengapa, dan bagaimana teori, khususnya pentingnya dasar-dasar teoretis dalam pengembangan suatu kurikulum.
Layaknya penulis haturkan, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan malah memiliki banyak sekali kekurangan-kekurangan yang membutuhkan pembenahan lanjut. Maka dari itu penulis senantiasa mendambakan kritik dan saran pembaca sekalian guna membangun tulisan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat amin.
Adapun pembahasan makalah ini penulis akan menampilkan beberapa topik bahasan sebagai berikut :
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
1. A. Pengertian Teori
B. Fungsi Teori
C. Ciri Suatu Teori yang Baik
D. Cara Berteori
2. A. Teori Kurikulum
B. Konsep Kurikulum
C. Perkembangan Teori Kurikulum
D. Sumber Perkembangan Kurikulum
E. Curriculum Design dan Curriculum Engineering
III. Kesimpulan
II. Pembahasan
1. A. Pengertian Teori
Teori atau dalam tulisan bahasa Inggris “Theory” dan dalam kamus bahasa Arab diketahui dengan nama “النّظريّة”.
Pengertian akan teori itu sendiri menuai banyak definisi, pada kesempatan yang membahagiakan ini penulis akan menampilkan dua definisi saja yaitu : teori adalah suatu set sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal “Definisi seperti ini dikabarkan telah menjadi kesepakatan umum dikalangan ilmuan” kiranya begitu ada beberapa ilmuan yang pada dasarnya ikut serta mengamini definisi dari teori ini, namun ternyata mereka memiliki perbedaan persepsi dalam menyikapi karakteristik dari pernyataan tersebut. Sehingga sekiranya melahirkan tiga kelompok karakteristik atau ciri utama sistem pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan dalam suatu teori bersifat memadukan (unifying statement) yang didukung oleh banyak perumus teori, diantaranya Kaplan, Hall, Lindsay dan Snow. Kedua, Oleh Rose, pernyataan tersebut berisi kaidah-kaidah umum (universal preposition) menurutnya, karakteristik pernyataan (set of statement) tersebut meliputi definisi, asumsi, dan kaidah-kaidah umum.. Ketiga, Oleh Travers, pernyataan bersifat meramalkan (predictive statement). Ia memandang suatu teori itu adalah sifatnya prediktif (meramalkan). Teori harus mampu menjangkau ke depan, bukan hanya menggambarkan apa adanya tetapi mampu meramalkan apa yang terjadi atas suatu hal.
Menjadi lengkap apabila kita melihat apa yang dikemukakan oleh Kerlinger dalam rumusannya yang bersifat menyeluruh yakni suatu teori mengandung tiga karakteristik utama (unifying, universal prepositions, dan predictive). Penulis merasa setuju apabila tiga karakteristik ini senantiasa tidak dipisah dengan mengambil satu diantaranya, melainkan sejatinya tiga ciri utama ini tetap ditampilkan karena satu sama lain tentunya saling melengkapi dalam segi kejelasan memahami karakteristik pernyataan suatu teori. Juga tingkat pemahaman seseorang akan ciri suatu teori itu berbeda-beda.
Satu lagi pengertian akan teori yang bagus dan penulis rasa pendefinisian berikut sedikti menguatkan akan pendapat Kerlinger di atas. Teori adalah pernyataan hubungan sejumlah konsep (variabel) tentang suatu fenomena yang berfungsi menjelaskan dan memprediksikan.
B. Fungsi Teori
Menjadi barang tentu berangkat dari beberapa definisi di atas paling tidak ada tiga fungsi dari sebuah teori yakni : sebuah teori Mampu menggambarkan, menjelaskan (Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Misalnya mampu menjelaskan pola-pola hubungan dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu), karena itu lalu dapat digunakan untuk memprediksi atau meramalkan. Fungsi yang terbesar dari suatu teori adalah melahirkan teori baru.
C. Ciri suatu teori yang baik
A. harus memungkinkan deduksi yang dapat diuji secara empiris;
B. Sebuah teori harus cocok, baik dengan pengamatan dan dengan thories sebelumnya divalidasi (disahkan);
C. Teori harus dinyatakan dalam istilah yang sederhana, teori yang terbaik yang menjelaskan dalam bentuk yang paling sederhana;
D. Teori-teori ilmiah harus didasarkan pada fakta empiris (Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan) dan berhubungan.
D. Cara berteori
Sangat mudah untuk berteori, insyaAllah langkah-langkah berikut dapat memudahkan bagi kita yang ingin ikut terjun dalam berteori.
Pendefinisian istilah merupakan hal yang sangat penting dalam berteori, terutama berkenaan dengan kejelasan atau ketepatan penggunaan istilah.
Klasifikasi yaitu pengelompokan informasi-informasi yang relevan dengan kategori-kategori yang sejenis. Klasifikasi juga merupakan pengelompokan fakta dan generalisasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen, tetapi tidak menjelaskan interelasi antar kelompok atau interaksi antara fakta dengan generalisasi dalam suatu kelompok.
Mengadakan induksi dan deduksi. Induksi dan deduksi merupakan dua proses penting di dalam mengembangkan pernyataan-pernyataan teoretis setelah pendefinisian dan pengklasifikasian. Induksi adalah pengambilan kesimpulan secara umum dengan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari fakta-fakta khusus. Sedangkan deduksi adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum.
Contoh : Pandangan seorang anak bernama Jesika. Pada suatu hari, Jesika melihat seekor singa memangsa Dono. Pada hari berikutnya, Jesika melihat singa tersebut memangsa Putri. Dari dua kejadian ini, Jesika menyimpulkan: Singa suka memangsa manusia. Hal ini berarti Jesika telah melakukan kesimpulan secara induktif. (Induktif bersifat spekulatif) Beberapa hari kemudian, Jesika bertemu dengan singa. Ia masih ingat kesimpulannya bahwa singa suka memakan manusia (premis mayor). Ia juga tahu bahwa dirinya adalah manusia (premis minor). Sehingga ia menyimpulkan bahwa Singa suka memangsa dirinya. Kesimpulan ini adalah kesimpulan secara deduktif. (Deduktif bersifat pasti).
Informasi, prediksi, dan penelitian. Pembentukkan suatu teori yang komples mungkin berpangkal dari inferensi-inferensi yaitu penyimpuan dari apa yang diamati. Inferensi ini mungkin ditarik melalui perumusan asumsi, hipotesis, dan generalisasi dari hasil observasi. Sesuai dengan fungsi dari teori yaitu memberikan prediksi, teori juga berkembang melalui predisi dan juga penelitian. Ada prediksi yang dibuktikan dengan suatu penelitian, tetapi ada juga prediksi yang tetap sebagai prediksi.
Pembentukan model-model. Karena yang dicakup dengan teori sering menyangkut hal-hal yang sifatnya abstrak dan kompleks, maka untuk memberikan gambaran yang lebih konkret dan sederhana dibut model-model. Model ini menggambarkan kejadian-kejadian serta interaksi antara kejadian.
Pembentukan subteori. Suatu teori yang telah mapan dan komprehensif mendorong untuk terbentuknya sub-subteori. Subteori ini cenderung memperluas lingkup dari suatu teori dan juga memberikan penyempurnaan.
Dengan banyaknya cara berteori seperti yang tertera di atas, tidak menutup kemungkinkan adanya cara-cara berteori yang lebih mudah (simpel) lagi. Melihat fungsi dari berteori itu sebuah teori sekiranya mampu menggambarkan, menjelaskan (sebab-akibat), karena itu lalu dapat digunakan untuk memprediksi atau meramalkan lebih lanjutnya. Serta menilik pula pada kriteria teori yang baik sebagaimana yang telah kita baca di atas alenia ini, maka penulis menyarankan, bagi siapapun yang hendak berteori, agar memilih cara-cara yang ia anggap memudahkan jangan sebaliknya dan pastinnya dengan berpacuan kepada kriteria teori yang baik.
2. A. Teori Kurikulum
Sebelumnya kita telah sedikit mengenal apa yang dimaksud dengan “teori”, selanjutnya kita coba mengenali apa yang dimaksud akan kurikulum. Kurikulum yang terambil dari bahasa latin, yakni “curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat itu kurikulum tidak ubahnya hanya sebagai sarana mendapatkan ijazah, dalam arti pastinya ijazah adalah bukti seorang murid telah melewati kurikulum yang berupa rencana pelajaran. Layaknya pelari yang harus melewati jarak yang ditentukan dan berakhir pada suatu titik finish.
Pendapat lain akan kurikulum adalah kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Salah satu sub teori dari teori pendidikan adalah teori kurikulum, teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
B. Konsep Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me¬nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem¬purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,
(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
(4) mengembangkan sub¬subteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
C. Perkembangan Teori Kurikulum
1. Franklin Bobbit : kehidupan manusia terbentuk oleh sejumlah kecakapan, diperoleh melalui pendidikan yakni penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi à TUJUAN Kurikulum. Keseluruhan tujuan & pengalaman menjadi bahan kajian teori kurikulum.
2. 1920 : pengaruh pendidikan progresif berkembang gerakan pendidikan yang berpusat pada anak. Isi kurikulum didasarkan pada minat & kebutuhan siswa.
3. Caswell : konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat à kurikulum interaktif yang menekankan pada partisipasi guru.
4. 1947 : dirumuskan 3 tugas teori kurikulum :
Identifikasi masalah yang muncul dalam pengembangan kurikulum.
Menghubungkan masalah dengan struktur yang mendukungnya.
Meramalakan pendekatan di masa yang akan datang..
5. Ralph W Tyler : 4 pertanyaan pokok inti kajian kurikulum :
1. Tujuan
2. Pengalaman pendidikan
3. Organisasi pengalaman
4. Evaluasi
6. 1963 : Beauchamp : teori kurikulum berhubungan erat dengan teori-teori lain
Othanel Smith : sumbangan filsafat terhadap teori kurikulum (perumusan tujuan & penyusunan bahan).
5. Mc Donald (1964) : 4 sistem dalam persekolahan yakni kurikulum, pengajaran, mengajar, belajar.
6. Beauchamp (1960 – 1965) : 6 komponen kurikulum sebagai bidang studi (1) landasan kurikulum, (2) isi kurikulum, (3) disain kurikulum, (4) rekayasa kurikulum, (5) evaluasi kurikulum, (6) penelitian dan pengembangan.
7. Mauritz Johnson (1967) : membedakan kurikulum (tujuan) dengan proses pengembangan kurikulum. Pengalaman belajar merupakan bagian dari pengajaran.
D. Sumber Pengembangan Kurikulum
Kurikulum bersumber dari hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang dewasa
Kurikulum bersumber dari semua unsur budaya
Kurikulum bersumber dari anak
Kurikulum bersumber dari dari pengalaman kurikulum yang telah lalu
Kurikulum bersumber dari nilai
Kurikulum bersumber dari kekuasaan sosial-politik
E. Curriculum Design dan Curriculum Engineering
Subteori dari teori kurikulum ada dua, yaitu Curriculum design dan curriculum engineering.
Curriculum design merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan.
Curriculum engineering berkenaan dengan bagaimana proses memfungsikan kurikulum di sekolah, upaya-upaya yang perlu dilakukan para pengelola kurikulum agar kurikulum dapat berfungsi sebaik-baiknya.
III. Kesimpulan
Dari keseluruhan ulasan tentang hal-hal yang memiliki korelasi dengan teori kurikulum, penulis mengambil atau menukil pendapat Beauchamp yang mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu :
a) Setiap teori kurikulum harus diulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya.
b) Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber pangkal toaknya.
c) Setiap teori kurikulum erlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya.
d) Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut.
e) Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaannya.
Daftar Pustaka
Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Malang : UNMU Malang, 2007.
Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005
Sukmadinata Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2006.
0 Komentar