Wahai ibuku… Wahai saudariku… Janganlah anda meremehkan amal kebaikan sekalipun kecil, dan ketahuilah bahwa anda diseru untuk menunaikan tanggung jawab anda dengan mencurahkan segenap kemampuan dan banyak berkorban dalam rangka menegakkan bangunan Islam yang agung. Janganlah sekali-kali anda mengelak dari tugas anda sekalipun hanya sedetik karena tipu daya musuh Islam terhadapmu. Mereka musuh-musuh Islam ingin sekiranya engkau menyimpang dari tugasmu yang mulia, dan mereka berupaya menjatuhkan semangatmu dalam berhidmat kepada Islam dan membina umat.
Janganlah..dan sekali lagi janganlah anda mengelak dan mundur dari berhidmat kepada Islam karena anda merasa lemah, tidak ada kemampuan untuk ikut andil dalam menguatkan masyarakat Islam, sebab sesungguhnya perasaan-perasaan seperti itu merupakan rekayasa dari syetan jin dan manusia.
Maka disini kami hendak menyuguhkan di hadapan anda tentang sejarah perikehidupan para sahabiyah sebuah kisah perikehidupan seorang wanita yang lemah, berkulit hitam yang mana cerita ini merupakan sebuah pelajaran bagi kaum muslimin dalam peredaran sejarah dalam hal kesungguhan, tawadhu dan hingga sampai pada puncak semangatnya.
Beliau seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. Telah disebutkan di dalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, beliau berdomisili di Madinah.
Beliau seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah sang pemimpin, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka, maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat ?
Beliau menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam, lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan putus asa adalah jalan yang tidak dikenal di hati orang-orang yang beriman.
Begitulah, keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dan beliau sapu lalu beliau buang ke tong sampah dan beliau menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama, dan masjid ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat.
Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafaur rasyidin dan demikian pulalah seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
Untuk itulah Ummu Mahjan tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itulah merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang bersih bagi Rasulullah dan para sahabatnya dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.
Ummu Mahjan terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga wafat beliau pada zaman Rasulullah. Maka para sahabat membawa jenazah beliau setelah gelapnya malam dan mereka mendapatkan Rasulullah masih tidur sehingga mereka tidak ingin membangunkan beliau, maka mereka langsung menyolatkan dan menguburkannya di Baqiul Gharqad.
Pada pagi harinya Rasulullah merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, «Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.» Maka beliau bersabda: «Marilah kita pergi!» Maka pergilah Rasulullah sedangkan para sahabat menyertai beliau sehingga mereka menunjukkan kubur Ummu Mahjan. Maka berdirilah Rasulullah sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah menyolatkannya dan bertakbir empat kali.1)
Dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah kehilangan dia, maka beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata: «Dia telah wafat.»Rasulullah berkata: «Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?»Abu Hurairah berkata: «Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele. Rasulullah bersabda: «Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah kemudian Rasulullah menyolatkannya, lalu bersabda :
«Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyolatkannya.»2)Janganlah..dan sekali lagi janganlah anda mengelak dan mundur dari berhidmat kepada Islam karena anda merasa lemah, tidak ada kemampuan untuk ikut andil dalam menguatkan masyarakat Islam, sebab sesungguhnya perasaan-perasaan seperti itu merupakan rekayasa dari syetan jin dan manusia.
Maka disini kami hendak menyuguhkan di hadapan anda tentang sejarah perikehidupan para sahabiyah sebuah kisah perikehidupan seorang wanita yang lemah, berkulit hitam yang mana cerita ini merupakan sebuah pelajaran bagi kaum muslimin dalam peredaran sejarah dalam hal kesungguhan, tawadhu dan hingga sampai pada puncak semangatnya.
Beliau seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. Telah disebutkan di dalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, beliau berdomisili di Madinah.
Beliau seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah sang pemimpin, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka, maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat ?
Beliau menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam, lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan putus asa adalah jalan yang tidak dikenal di hati orang-orang yang beriman.
Begitulah, keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dan beliau sapu lalu beliau buang ke tong sampah dan beliau menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama, dan masjid ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat.
Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafaur rasyidin dan demikian pulalah seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
Untuk itulah Ummu Mahjan tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itulah merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang bersih bagi Rasulullah dan para sahabatnya dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.
Ummu Mahjan terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga wafat beliau pada zaman Rasulullah. Maka para sahabat membawa jenazah beliau setelah gelapnya malam dan mereka mendapatkan Rasulullah masih tidur sehingga mereka tidak ingin membangunkan beliau, maka mereka langsung menyolatkan dan menguburkannya di Baqiul Gharqad.
Pada pagi harinya Rasulullah merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, «Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.» Maka beliau bersabda: «Marilah kita pergi!» Maka pergilah Rasulullah sedangkan para sahabat menyertai beliau sehingga mereka menunjukkan kubur Ummu Mahjan. Maka berdirilah Rasulullah sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah menyolatkannya dan bertakbir empat kali.1)
Dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah kehilangan dia, maka beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata: «Dia telah wafat.»Rasulullah berkata: «Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?»Abu Hurairah berkata: «Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele. Rasulullah bersabda: «Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah kemudian Rasulullah menyolatkannya, lalu bersabda :
Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berperan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Oleh karena itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para sahabat beliau yang tidak memberitahukan kepada beliau perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ke tempat tinggalnya yang terakhir di dunia. Bahkan tidak cukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburnya untuk menyolatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan shalat beliau.
Wahai ibuku… wahai saudariku… tahukah anda setelah ini apa yang dituntut dari anda berupa andil yang telah anda sumbangkan kepada agama dan umatmu?…Jawabnya marilah bersama kami berbekal dengan ilmu terhadap kewajiban yang menggantung di leher kita melalui kajian terhadap Janji setia kaum wanita.
– Dikutip dari buku “Mereka adalah Para Shahabiyah” | Pustaka At-Tibyan | www.At-Tibyan.com
0 Komentar